KELUARGA BESAR TEUNGKU CHIK DIPASI

by - September 21, 2021

Keluarga besar teungku chik dipasi

    Adalah nama sebuah Organisasi kekerabatan atau kesatuan antar sesama keturunan syekh Burhanuddin ulakan di Aceh, berpusat di pasee / Aceh Utara sekarang).

Teungku Chik di pasi adalah nama populer dari anak sulung beliau yang bernama syekh Abdussalam, yang kami sebut TU WAIDO, sedangkan 4 adik nya masing-masing kami sebut tu meureudu , tu garot , tu gampoengp.aree , dan tu gayo lingge. Kebiasaan orang aceh anak sulung setelah orang tua tiada, di sebut panglima kaum, bermakna pemimpin atau pelindung keluarga.  kenapa di pasee? Pasee adalah tempat penyebaran sebahagian besar dari keturunan beliau, 24 dari anak tu waido, 20 di antara nya membangun komunitas di pasee.setidaknya 2 orang dari keturunan tu meureudu membangun komunitas hulubalang di pasee,yaitu peuteoe dan ara bungkok, dan banyak dari keturunan tu garot dan keturunan tu gp. Aree yang merantau ke pasee dan memilih jodoh dari keturunan tu waido yang sudah banyak menyebar di pasee.

Pasi bermakna  pinggir  pantai ( pesisir ),  suatu objek yang di ceritakan berada di pesisir di sebut di aceh di pasi khusus nya pidie. Ulama yang berkedudukan di pesisir biasa di sebut teungku di pasi ataupun teungku chik di pasi. Di pasi, DI adalah kata sandang menunjukkan tempat, tetapi khusus untuk syekh Abdussalam bin burhanuddin ulakan ( teungku chik di pasi ) beliau cuma kuburan nya di pasi dengan proses yang unik. Khusus untuk beliau di pasi kami sebut dengan satu kata dipasi karena sudah menjadi nama populer beliau.

Cerita nya selagi beliau masih hidup beliau menentukan sendiri tempat kubur nya. Beliau berdomisili di waido menentukan tempat penguburan nya kelak dengan tongkat,  berdiri di samping pohon asam jawa besar melempar tongkat nya melintas jauh beberapa kilometer jatuh didalam air tepi laut pasi ie leubeue kembang tanjong persis tempat kuburan nya sekarang.

 

 

 

Silsilah Keturunan Teungku Chik dipasi

 

Beliau lahir dan hidup sampai 100 tahun di Meureudu, Sesudah kembalinya belajar di arab beliau pertama kawin di Beuracan Meureudu dengan anak teungku chik pucok krueng, di sini beliau mempunyai anak 10 orang.  Kemudian beliau kawin lagi ( berpoligami ) dengan anak teungku chik pante geulima Meureudu,  di sini beliau mempunyai anak  8 orang.

Ø  Anak tertua dari beuracan bernama teungku zainal abidin di angkat oleh sultan aceh sebagai duta kerajaan aceh untuk kerajaan langkat, anak ke 2 juga membangun komunitas hulu balang di meulaboh,  teungku zainal abidin sewaktu berangkat ke langkat meninggalkan anak pertama nya pada kakek,  jadi tinggal di Meureudu anak ke 3 dan 7 adiknya,  serta  seorang keponakan. Ketika ummi Chik beuracan meninggal dunia dan semua anak dan cucu beliau sudah dewasa, beliau memerintahkan anak - anak dan cucu nya untuk berhijrah ke pasee,dalam perjalanan mereka di suruh singgah dikediaman teungku Chik awe geutah peusangan,  Rupanya di awe geutah beliau semua diberi jodoh dengan anak dan cucu teungku Chik awe geutah. Setelah menambah bekal mereka diizikan meneruskan perjalanan ke pasee. Singgah di suatu tempat yang telah di tentukan dalam wilayah matangkuli,  tempat tersebut akhirnya diberi nama parang sikureng,  sesuai dengan jumlah mereka 9 orang. Kemudian mereka mulai menyebar sesuai dengan petunjuk untuk mereka masing - masing,  di parang sikureng sendiri tinggal satu orang,  nama asli beliau belum diketahui,  tetapi banyak yang menyebutnya tok bambi, salah seorang anaknya bernama teungku BEN membangun dayah disana,  beliau juga di sebut abu tanjongan, karena beliau belajar pada teungku idris tanjongan samalanga bersamaan dengan abi hanafiah MUDI mesra samalanga. Diantara  yang menjadi anak muridnya adalah teungku H. Muhammad tayyeb ( abu batee lhee ), tengku muhammad daud ( abu ara ) , dan juga abon aziz samalanga sempat belajar pada beliau 2 tahun. Diantara keturunannya, beberapa dapat disebutkan tengku haji Muhammad daud ( abu lhoknibong ),  teungku H. Muhammad ja'far ( abi lhoknibong ) dan teungku H. Muhammad ali ( abu paya pasi ).

Ø  Dua orang lainnya menyebrang ke sisi timur krueng keureutoe sesuai dengan petunjuk untuk mereka,  seorang diantaranya mengambil posisi Pante Pirak, diantara keturunannya yang dapat kami sebut adalah cuwa pirak yang kawin dengan tengku beunu, dua diantara anaknya adalah hasan beunu dan abdullah beunu. Sedangkan keturunannya yang lain,  yang kami kenal sekarang adalah keluarga besar mukim pirak sekarang,  termasuk hajjah adnen yang sekarang tinggal di lhoksukon.  Yang seorang lagi menyusuri tepi sungaibke arah utara,  mengambil posisi yang kemudian dikenal dengan pange,  diantara   keturunannya yang dapat kami sebut adalah teungku muda pahlawan dan keturunannya, dan dua orang adiknya umar yang biasa di sebut nek laboh, dan usman yang biasa disebut bileu usma.  Seorang lagi menurut petunjuk ke arah selatan barat posisi beliau disebut riweuek, wilayah hulubalang seuleumak, nama beliau syekh abdul jamal.  Seorang lainnya menyusul ke arah barat, posisi yang ditentukam untuk beliau adalah nibong, nama asli beliau terdekteksi, tetapi karena di wilayah tersebut lagi kosong hulubalang, beliau di angkat menjadi hulubalang di lhoknibong dengan sebutan Teuku Datu Nibong, diantara keturunannya dapat kami sebut almarhum mantan mukim nibong, mukim abdullah dan ada lagi yang di sebut ayah gani. 

Ø  Sisa empat orang yang belum menyebar menyusuri tepi sungai sebelah barat, sesuai petunjuk seorang posisinya lewat sisi utara matangkuli, tempat tersebut tidak termasuk wilayah matangkuli, tetapi termasuk wilayah keureutoe tempat tersebut disebut teupin keubeue dan belum mempunyai hulubalang. Makanya beliau di angkat untuk menjadi hulubalang untuk tempat tersebut. Nama asli beliau belum di ketahui,  tetapi ada yang menyebutnya dengan tok puri. Diantara keturunannya dapat kami sebut dari anak perempuan beliau lahir cut meutia ( pahlawan nasional ).  Diantara yang lain teuku sabon yang menetap ke buket hagu alue ceukok. Seorang diantara anaknya teuku basyah kawin dengan kakak penulis.  Diantara  keturunannya yang lain keluarga besar teuku abdul malik mantan camat lhoksukon dan lagi T.M sa'id mantan pejabat agama lhoksukon. 

Ø  Yang tiga lagi meneruskan perjalanannya ke utara, seorang melanjutkan sampai ke dekat pesisir peureutoe di posisi jeurat manyang,  diantara  keturunannya  yang  dapat kami sebut mantan kepala polisi kabupaten aceh utara yang bernama bapak M. Ali.  Tinggal dua orang lagi yang belum disebut adalah kepala rombongan dan sang keponakan, menyeberang ke sisi timur sungai keureutoe, sang kepala rombongan posisi beliau di matang ubi, disebut matang ubi karena ketika beliau tiba di tempat tersebut telah tersedia pohon ubi sudah siap panen atas izin Allah, nama beliau tengku husen biasa di sebut tengku Dalam. diantara keturunannya tidak perlu kita tulis banyak adalah penulis sendiri, sedangkan sang keponakan meneruskan perjalanan ke arah timur, ke wilayah seunudon, posisi beliau di sebut alue bili namanya teungku nyak dirok bin zainal abidin diantara keturunannya keluarga besar abu geulumpang samlakoe.

Ø  Setelah misyikbeuracan tiada dan anaknya semua sudah keu pasee teungku Chik tinggal di Meureudu cuma dengan misyikpante geulima,  sekitar 30 tahun. Anak sulung dari misyikpante geulima dikirim oleh sultan aceh ke tamiang menjadi raja disana namanya raja husen ( kejrun lalat ), dia meninggalkan seorang anak di Meureudu pada kakek bersama paman- paman nya. Orang tamiang menyebutnya dengan raja sulung.  Keturunannya tidak perlu disebutkan disini, karena semua keturunan raja sulung adalah keturunannya. 

Ø  Setelah misyikpantee geulima meninggal, enam dari anak beliau dan seorang cucu di suruh berangkat ke pasee mengikuti jejak sodara mereka dari beuracan yang telah duluan ke pasee. Mereka juga di suruh singgah di kediaman tengku Chik awee geutah, disana mereka juga mendapatkan jodoh. Setelah menambah bekal sedikit yang bisa dibawa sang istri masing - masing mereka melanjutkan perjalanan ke pasee, singgah di tempat kediaman sodara mereka di parang sikureng, setelah mempelajari tempat tujuan mereka masing- masing sessuai petunjuk seorang diantara mereka menyeberang sungai menyusur sedikit ke arah timur, posisinya bernama beurandang.  Awalnya beliau menganggap wilayah tersebut wilayah pirak, tetapi teuku Chik peutoe komplain mengatakan wilayah tersebut adalah wilayah mereka. Keadaan tersebut di akui sehingga beliau diangkat menjadi hulubalang di wilayah tersebut.  Nama asli beliau juga belum diketahui, tetapi gelar yang di berikan oleh teuku Chik peutoe adalah Teuku Datu Berandang. Diantara keturunannya ada yang diangkat menjadi teuku mukim buket U, keturunan yang lain telah menyebar ke sekitar berandang bahkan ada yang jauh ke tempat lain, sulit untuk di sebut satu persatu.  Seorang lagi menurut petunjuk di suruh kembali ke barat sampai menyeberang krueng pasee, posisi tersebut di sebut blang Ruma dalam wilayah teuku hakim krueng, nama beliau Muhammad  Saleh populer di sebut Tu Madzeh.  Diantara anak beliau di blang Ruma empat orang diketahui membangun gampong sumbok rayek, seorang membangun Ara keumudi teupi barat krueng keureutoe, ada juga yang ke gampong asan bergabung dengan saudara mereka dari ie rhop, dan ada yang membangun komunitas di leubok reusep, mungkin sesudah umi pertama meninggal beliau kawin lagi keu keureutoe dan ara bungkok. Dari ke tiga istri beliau jumlah anak beliau 24 orang, 16 laki- laki dan 8 perempuan. Diantara anaknya yang dikenal dan populer adalah tengku syekh hasbAllah yang lebih populer di sebut abu menasah kumbang kakeknya tengku Ahmad Dewi.  Keturunannya yang lain diantaranya adalah tengku Sulaiman Ahmad atau abu ulee TUTU lhoksukon.

Ø  Sedangkan 5 orang lagi, salah seorangnya menyusuri teupi barat krueng keureutoe, dan menyeberang ke sisi timur kreung keureutoe, pas di posisi menyeberangnya kepala rombongan pertama dan keponakannya, sang kepala rombongan sendiri mengambil posisi di teupi barat sungai, posisi tersebut sekarang masuk wilayah kota lhoksukon ( gampong Baroe/ lingkungan 4 ), nama beliau teungku syekh Ibrahim populer disebut Tu Blueuk. Diantara keturunannya adalah teungku Usman aziz mantan Bupati aceh Utara, seorang lagi Teungku hussen Hamidi (nek huseen ) mantan bupati aceh utara dan aceh timur. 

Ø  Tiga orang lainnya menyusuri teupi sungai ke arang utara, tidak berapa jauh dari posisi tersebut tinggal satu orang yaitu sang keponakan, namanya tengku Nyak Badai Bin Raja huseen Tamiang, keturunannya memenuhi desa pantee dan banyak menyebar ke tempat lain.

Ø  Dua orang yang lain menyusuri terus ke pinggir pantai, salah seorang dari mereka mengambil posisi lapang, nama beliau Tengku Ujud lebih dikenal dengan Panglima prang Ujud, diantara keturunannya tengku Abdul Hanan Tabib dan lagi tengku Haji Muhammad Thahir Amin. 

Ø  Seorang lagi menuju ke arah timur menetap di posisi Buah, nama beliau tengku Yasin populer dengan sebutan Abu lhok Euncien, diantara keturunannya adalah tengku Muhammad Hasan ( Abu Tanjong Dama ), dan lagi tengku Hasbi Usman mantan Bupati Aceh Timur, dan juga Tengku Muhammad Nur Usman ( Abu Nu) mantan pejabat di Pertamina jakarta. 

Ø  Seorang terakhir lainnya menyusur ke timur sisi krueng Piadah melewati matang ubi Posisinya di tempat yang kemudian terbentuk gampong Nga, diantara keturunannya adalah Haji Ibrahim Ya'cob mantan kepala jaksa lhoksukon dan mantan anggota MPR RI serta ketua DPRD aceh utara.

 

 

Sedikit Tentang Meureudu

 

Meureudu adalah wilayah khusus kerajaan aceh banyak Ulama yang mempunyai Kharisma bahkan keramat ada disana, Diantaranya dari keluarga kakek Bapak Muhammad nazar ada yang dikenal Karamah termasuk keluarga kakek dari Bapak Mustafa Abu bakar mantan anggota kabinet RI dan pejabat Gubernur aceh, dan lagi tengku syekh muhammad salim atau tengku Chik beuracan yang juga populer dengan sebutan tengku Chik Pucok Krueng, beliau datang ke Meureudu bersama dua orang sahabatnya yang bernama Tengku Japakeh dan Malem Dagang, Dan diantara yang lainnya adalah keluarga besar tengku Chik pantee geulima, riwayatnya berasal dari dua orang keturunan Saidilmukammil ( keluarga kesultanan aceh ) hijrah ke timur. Satu orang menetap di geulumpang minyek, dikenal dengan tengku Chik geulumpang minyek, seorang lagi melanjukan ke Meureudu singgah di pantee geulima. Dari sini dikenal tujuh orang turun menurun sebagai teungku Chik pante geulima. Tengku Chik pante geulima yang pertama bernama Muhammad Ya'kop dan yang terakhir ketujuh bernama Ismail. Mungkin karena keadaan beginilah maka rombongan syekh Burhanuddin Bin Umar selagi tiba di aceh singgah di tempat tersebut dan di sambut baik oleh mereka dan oleh sultan aceh.

 

Meureudu pernah di jadikan tempat berangkat sewaktu sultan Iskandar Muda melakukan Agresi ke dua ke malaka menyerang portugis, ada disebutkan dalam lagu dan syair rakyat  aceh  menyerang ke sana Malem Dagang di angkat jadi panglima

 

Tengku Chik setelah misyik  meninggal dan anaknya di kirim ke pasee beliau hijrah ke Ierhop ( samalanga ) membawa anak bungsu dari pantee geulima, beliau disana sekitar 20 tahun, dari misyikierhop beliau mempunyai anak tiga orang, selagi beliau masih di ierhop abi Hanafiah Mudi Mesra sempat belajar pada beliau beberapa lama, terhenti karena beliau akhirnya hijrah ke Waido dan Abi hanafiah pindah belajar pada tengku Idris Tanjongan disana beliau berjumpa dengan cucu tengku chik dari anak yang telah duluan menetap di parang sikureng. Sang cucu tersebut bernama tengku Ben di pasee di sebut Abu tanjongan. 

 

Setelah misyiki ierhop meninggal anak-anak beliau di suruh menyusul saudara-saudara beliau ke pase di pimpin oleh abangnya anak bungsu dari pante geulima, caranya sama di suru singgah di awee geutah, disana mereka berempat juga mendapat jodoh. Setelah di bekali mereka melanjutkan perjalanan ke pase, singgah juga di parang sikureng, setelah berkomunikasi dengan saudara di parang sikureng mereka melanjutkan perjalanan menemui abangnya ketua rombongan ke dua di posisi beliau. Sesampai di sana mereka sudah dikenal dan di terima dengan baik. Sewaktu mereka datang kepala rombongan pertama mungkin sudah ozor atau bahkan sudah meninggal, selanjutnya mereka mencari posisi menyebar. 

 

Sang kepala rombongan menurut petunjuk disuruh mengambil posisi di tepi timur krueng piadah, dikatakan tempat tersebut sudah ada yang mulai mendiami yaitu saudara kita anak- anak dari kepala rombongan pertama, tempat tersebut kemudiannya dikenal dengan menasah blang, nama beliau adalah ya'kob di sebut oleh abangnya Pang Kaom Kop yaitu pemimpin adik -adik nya. 

 

Salah seorang di suruh menuju ke utara tepi krueng keureutoe melewati kediaman keponakannya tengku nyak badai, tempat tersebut kemudian menjadi gampong meunasah asan, diantara keturunannya tengku Hanan.

 

Dan dua orang lainnya di suruh menyusuri ke tepi timur krueng piadah melewati matang ubi di posisi tersebut  kemudian terbentuk gampong meunasah meunye, nama beliau Hamdani, keturunan beliau memenuhi meunasah meunye, meunasah trieng, dan meunasah ceubrek.

 

Seorang lagi meneruskan perjalanan ke arah timur ke wilayah Seuneudon, posisi tersebut kemudian diberi nama Alue Anoe, keturunannya belum banyak yang terdeteksi, cuma ada yang mnyebutkan keluarga besar istri camat Syama'un adalah keturunan beliau, Nama beliau juga belum diketahui.

 

Akhirnya tengku Chik hijrah ke waido, dengan siapa beliau kawin disana, tentu saudara kami yang di waido lebih mengetahui. Kabar nya disana beliau mempunyai anak tiga orang, satu laki-laki dan dua perempuan.

Anak lelaki beliau meninggal muda tidak mempunyai keturunan. Saudara kami yang di waido keturunan dari dua orang anak perempuan beliau, diantara mereka adalah keluarga besar Kurnia dan keluarga besar Puspa, diantara tokoh yang dapat kami sebutkan adalah tengku abdussalam Imam mesjid Guci Rompong, beliau di waido hidup lebih kurang 20 tahun, selama di waido banyak terjadi hal-hal yang luar biasa sebagai bukti kekeramatan beliau, sebenarnya sinyal ke arah itu sejak awal sudah nampak,ketika beliau masih di Meureudu dan ierhop ketika meminta anak-anak beliau untuk hijrah ke pase, beliau meminta untuk singgah di awe geutah, ternyata disana sudah di jodohkan dengan keluarga awe geutah, kemudian beliau sudah menentukan posisi yang akan di tempati oleh anak-anak dan cucu beliau dipase padahal beliau belum pernah ke pase. 

Di usia lanjut beliau melakukan prosesi  khalut  di pengasingan Hulu sungai bersama temannya tengku Chik di Reube di pimpin oleh sang guru tengku Chik Di Bluek. Setelah beberapa hari dan selesai prosesi khalut, ketika hendak pulang ke kediaman masing-masing beliau meminta kepada gurunya oleh-oleh, awalnya gurunya menolak mengatakan yang anda minta itu ada pada anda sendiri, tetapi karena di desak terus akhirnya beliau menyerahkan sebuah tongkat.

Setelah berpisah dengan guru dan temannya beliau berdiri di tepi sungai sambil bermunajat kepada Allah, kemudian beliau berkata engkau air makhluk Allah, engkau tanah juga makhluk Allah, engkau tongkat juga makhluk Allah, serta kami manusia juga makhluk Allah, hendaknya dengan izin Allah engkau tanah berikan jalan untuk air supaya dapat singgah ke kediaman kami untuk bermanfaat bagi masyarakat disana. Kemudian dengan menyeret tongkat dibelakangnya dengan menunduk berjalan dalam kegelapan malam sampai ke kampung beliau menjelang subuh,  rupanya dengan kehendak Allah dibelakang beliau sudah terjadi saluran induk irigasi yang  kemudian di beri nama  lueng bintang. Setelah shalat subuh beliau memgumumkan kepada masyarakat tentang telah adanya lueng bintang tersebut agar masyarakat dapat bergotong royong membangun saluran cabang pembagi air ke wilayah masing-masing, ini satu bukti kekeramatan beliau yang besar, dan satu lagi seperti yang sudah kita ceritakan sebelumnya dengan menentukan tempat pemakaman beliau dengan cara melempar tongkat, sebenarnya banyak bukti kekeramatan beliau yang lain, tidak   mungkin di sebutkan satu persatu, seperti banyak diceritakan masyarakat setempat, seperti kisah gampong weung dan krueng weh.

 

Wafat Teungku Chik dipasi

 

Setelah wafat beliau dikuburkan di tempat yang di tentukan di pasi ie leubeue kembang tanjong,  sehingga beliau dijuluki tengku Chik di pasi, sebenarnya banyak yang mengklaim beliau adalah kakek mereka, ada yang mnyebutkan beliau adalah keturunan tengku Chik geuleumpang minyeuk tanpa menyebutkan bagaimana riwayatnya, dan bapak Muhammad nazar mantan wakil gubernur aceh juga mengatakan beliau adalah kakek mereka, memang di antara kakek-kakek beliau ada ulama keramat di Meureudu. Panitia Khanduri Rayeuk Gunong Halimon Ban Sigom Aceh juga mengeluarkan artikel ( edaran ) menyebutkan syeh Burhan Gigieng dengan riwayat yang berbeda, dan mempunyai anak 12 orang termasuk syekh Abdussalam (tengku Chik di pasi ). Bagaimana mungkin satu objek mempunyai riwayat berbeda dengan nama berbeda, walaupun riwayatnya ada kami yakin keliru pada penunjukan objek kuburan. Meriwayatkan kejadian tidak menunjukkan kuburannya dimana, maka anak cucunya menganggap kuburunan tengku Chik di pasi ie leubeue lah kuburan yang dimaksud, karena kuburunan tengku Chik di pasi tersebut yang populer di kenal oleh masyarakat luas, dari ini semua cuma satu yang kami dapat buktikan kekeliruannya, karena sudah kami dapatkan riwayatnya yang jelas, yang lain tidak perlu kami tanggapi, karena riwayatnya tidak jelas. Bahkan ada peta silsilah yang mnyebutkan Poe Peuraja Chik Yaman bertahun 1204 Hijriyah mempunyai anak dua orang, yang laki-laki bernama Poe Peuraja Chik Meulewuek mempunyai anak 44 orang. Sedangkan yang putri bernama Putroe Adja Sunting kawin dengan Iskandar Muda. Anak 44 orang dari Peuraja Chik Meuleweuk yang di rinci cuma 27 orang selebihnya tidak di rinci, tapi di masukkan syekh Abdussalam ke waido pidie, tentu yang dimaksudkan syekh Abdussalam teungku Chik di pasi.

Terakhir baru di tutup dengan yang ke 44 juga bernama tengku syekh abdussalam yang dikenal dengan tengku Chik di paloh. Kami tanggapi peta silsilah tersebut seperti mengada ada, karena tahun 1204 Hijriyah Sultan iskandar muda sudah sekitar setengah abad meninggal.

Demikian kami buat rincian silsilah Tu waido untuk saat ini, di waktu yang lain akan kita coba meriwayatkan tentang empat adiknya Tu Meureudu, Tu garot , Tu gampong are, dan Tu gayo linggeu. Tentu dengan berharap informasi yang lebih banyak dari keturunan mereka.

 

-HIMBAUAN-

 

kami dari keluarga besar tengku Chik di pasi berharap agar saudara-saudara kami yang belum tergabung dalam kesatuan ini dapat menghubungi kami, untuk silaturrahmi dan informasi. Saudara-saudara kami yang kami maksud adalah :

1.     Keturunan tengku Chik di pasi ( tu waido ) yang sudah tersebar di 20 titik di pase.

2.     Keturunan raja sulung tamiang.

3.     Keturunan tengku zainal abidin yang pernah menjadi duta kerajaan aceh untuk kerajaan langkat.

4.     Keturunan raja seulayang meulaboh.

5.     Keturunan tengku muda dalam, baik yang sudah di pase, di Meureudu, di bambi, di meurbo, atau dimanapun berada.

6.     Keturunan Tu garot, baik yang di garot sendiri, maupun di mana pun berada.

7.     Keturunan Tu gampong are, baik di tempat atau di manapun keberadaannya.

8.     Keturunan Tu gayoe linggeu,baik di gayo maupun di tempat lain.

9.     Semua keturunan dari saudara-saudara syekh burhanuddin ulakan yang ada di nusantara, yaitu keturunan sultan syekh maimun Deli, keturunan syekh yusuf makassar, dan keturunan tiga orang saudaranya yang lain, termasuk yang pernah ikut mendalami tarikat syattariah pada syekh abdurrauf bersama syekh yusuf makassar dan syekh burhanuddin ulakan maupun yang tidak, baik yang di banten  atau dimana pun tempat lain berada. 

 


You May Also Like

0 comments