RIWAYAT SYEKH BURHAN GIGIENG

by - September 07, 2021

Namanya Syarif Burhan berasal dari keturunan diantara para Syarif (Bangsawan) Mekkah, yang telah bercampur dengan bangsawan Persia (iran) dan Qurdi.
Beliau adalah perwira militer kesultanan Turki Usmaniyah, Atas permintaan Sultan Aceh beliau bersama sebanyak 313 orang tenaga ahli dan sejumlah persenjataan untuk membantu Aceh yang mulai diganggu oleh Portugis.
Dua tempat yang diduduki Portugis adalah:
1. Lhoksamawi (lhoksumawe) yang akhirnya diusir oleh serdadu yang dipimpin panglima Lilawangsa.
2. Lamno, yang kemudiannya diusir oleh Iskandar Muda sewaktu beliau masih Panglima perang Aceh.
Tuanku Mansur (Ayahnya Iskandar Muda) sebagai Panglima Laut Aceh syahid dipulau Kampoi (Aceh Tamiang sekarang) sewaktu berhadapan dengan Portugis dalam mengawal laut Aceh ketika Iskandar muda masih dalam kandungan ibunya.
Sesampai di Aceh Syarif Burhan langsung bertempur melawan Portugis, Sehabis dinas militer dan telah kawin dengan putri Ratnawangsa dan menetap di Gigieng Pidie beliau akhirnya lebih dikenal sebagai Ulama dan populer sebagai Syekh Burhan, beliau mempunya 3 orang anak:
1. Tuan Alaudin Adnan, yang lebih populer disebut Tgk. Chik di pasie, beliau tidak mau menerima jabatan dari kerajaan , lebih memilih posisi Ulama.
Beliau tidak mempunya keturunan, makamnya di Pasie kecamatan Batee Pidie.
2. Tuan Syekh Abdullah, menjabat sebagai mentri singaraja (seumpama Mentri Koordinator sekarang), dan juga merangkap sebagai kepala wilayah wakeuh bibeuh (Daerah wakaf yang bebas), juga beliau merangkap sebagai kepala rumah tangga istana Sultan Iskandar Muda “Syahir Duli” yang terdampar di Bluek Pidie.
Setelah Purna Bakti dikerajaan beliau lebih memilih posisi Ulama lebih dikenal sebagai Tgk. Syik diBluek.
3. Tuan Syiah Ulama, masa hidupnya diangkat oleh sultan Iskandar Muda sebgai ketua mahkamah agung kerajaan Aceh Darussalam.
Kemudian keturunan-keturunan Syiah Ulama ini diangkat oleh raja berikutnya sebagai panglima Sagoe XXV mukim yang berkedudukan dikrueng Raba Lhoknga, Aceh Besar.
Syiah Ulama sepertinya bukan nama asli beliau, Dr. Husaini ibrahim, MA juga sepertinya tidak menemukan nama asli beliau.
Di Seulawah ada perkumpulan Tariqat yang menamakan dirinya MENCAPAI MARTABAT SYIAH . Selagi kami masih mengumpulkan informasi tentang tgk.chiek di pasi di Waido, ada yang mengajak kami untuk ikut bergabung bersama menelusuri secara riil sulit diperoleh menurut mereka, dan menelusuri secara qhaib akan terbuka jalan, kami menjawab kami akan menelusuri secara nyata karena untuk keperluan orang ramai , kalau secara qhaib paling untuk kami pribadi, orang lain belum tentu percaya. Apakah perkumpulan ini peninggalan beliau, Wallahu ‘alam.
Di Pasee perkumpulan Rapai Dabus dalam atraksinya menyebut-nyebut sya’ir Syiah Ulama ketika menyebut nama beliau dengan iringan rapai dan iramanya pertunjukan tambah seru dengan atraksi debus yang makin seru. Kami orang Pasee tertanya-tanya tentang siapa tokoh yang disebut-sebut itu, karena didaerah kami tidak ada tokoh dengan nama tersebut walaupun dahulu kala ada.
Tentang tulisan yang menyebutkan Syekh Burhanuddin ada 3, satu di Aceh, satu di Ulakan dan satu lagi di tempat lain. Setau kami tidak ada Syekh Burhanuddin di Aceh apalagi menkaitkannya sebagai ayah dari Syekh Abdussalam dan empat adiknya. Kami kira anggapan itu sesuatu kekeliruan. Dari sebagian masyarakat Aceh yang mengetahui ayah mereka adalah Syekh Burhanuddin, tetapi tidak menemukan/tidak mengetahui keberadaannya di Aceh, Lalu menganggap kubur Syarif Burhan adalah kubur beliau, Padahal jumlah dan nama anak ke dua mereka berbeda. Syekh Burhan Gigieng memiliki anak 3 orang, sedangkan Syekh Burhanuddin Ulakan memiliki anak 5 orang dengan masing-masing yang sulung yang dijuluki sebagai Tgk.chiek dipasi dengan posisi kuburan berbeda dan nama juga berbeda.
Riwayat (cerita) tentang orang minangkabau yang menuntut ilmu diAceh pada Syekh Abdulrauf as-singkili juga ada. Tapi, tidak menyebutkan nama kami diAceh. Akan tetapi, menyebutkan tgk.Padang, kebiasaan orang Aceh menyebutkan orang yang berasal dari minangkabau yaitu orang padang.
Cerita tentang beliau disebutkan pada awalnya beliau agak lambat dalam memahami ilmu yang diajarkan oleh guru. Tetapi, beliau punya kelebihan dalam hal mengabdi/khidmat untuk mendapatkan ridha guru. Disebutkan suatu saat pernah kejadian sang guru kehilangan benda kesayangannya yaitu wadah tempat menyimpan tembakau sugi yang terbuat dari tembaga, guru menceritakan keadaan tersebut kepada para murid benda tersebut terjatuh sewaktu beliau qadha hajat di kakus (kakus adalah seumpama WC sekarang tapi dalam keadaan terbuka jauh dari rumah). Biasanya dalam kakus tersebut karena tersiram di waktu hujan dan terkena sinar matahari maka di penuhi oleh belatung(ulat). Mendengar cerita tersebut para murid menjadi risih, diam-diam sang tgk.padang rupanya berusaha mengambil benda tersebut. Orang aceh menyebut benda demikian Kerandam. Setelah dibersihkan tgk.padang menyerahkan benda tersebut kepada gurunya, sang guru sangat gembira karena benda kesayanganya di peroleh kembali. Karena senangnya guru memanggil tgk.padang mendekat kepadanya, lalu meletakkan tangannya kedada murid (tgk.padang) sambil komat kamit membaca doa kemudian berucap Alhamdulillah engkau sudah mendapat ilmu dengan izin Allah dan sudah boleh pulang untuk mengajarkan ilmumu di kampung halaman. Keadaan tersebut di saksikan oleh murid-murid, mereka tersenyum-senyum sinis melihat keadaan tersebut. Ternyata di waktu yang lain sewaktu memulai jama’ah pengajian guru berkata : hari ini pengajiaan di pimpin oleh tgk.padang, karena saya ada keperluan lain. Waktu memulai pengajian ternyata tgk.padang sudah mampu menjelaskan isi kitab sehingga teman-teman beliau terheran-heran. Apakah sang tgk.Padang adalah tokoh yang disebutkan dengan tgk.pono kami tidak dapat memastikan yang jelas belum ada orang yang menimba ilmu di aceh bergelar Syekh.
Syekh biasanya disebut kepada orang Arab yang berhijrah ke Aceh, seperti Syekh Nuruddin Ar-raniry, Syekh Burhanuddin Ulakan dan banyak lagi lainnya. Atau pun orang Aceh yang menimba ilmu di Arab pulang ke Aceh juga di sebut Syekh, seperti Syekh Abdullah anak dari Syekh Burhan Gigieng, Syekh Abdussalam anak dari Syekh Burhanuddin Ulakan, juga Syekh Abduljamal dan Syekh Ibrahim cucu dari Syekh Burhanuddin Ulakan, serta Syekh Hasballah cicit dari Syekh Burhanuddin Ulakan.
Orang Aceh menyebutkan Ulama yang mempunyai Kharisma masa lalu dengan tgk.Chik artinya Ulama Besar. Chik adalah kata lebih terhormat ketimbang kata Rayoek/raya yang juga bermakna besar. Yang di sebutkan tgk.chik bisa jadi juga sebagai tgk.Syekh seperti Syekh Abdussalam (tgk.chik di pasi) dan banyaklagi lainnya atau pun Cuma disebut tgk.chik walaupun bukan Syekh.
Kekeliruan yang diyakini pada penunjukan object (makam), seperti juga terjadi di Aceh Dr.Husaini, Ismail, MA yang meneliti Syekh Burhan Gigieng sendiri, terkecoh pada tulisannya sendiri, pada sesi meriwayatkan Syekh Burhan, disebutkan anak sulung beliau bernama Alauddin Adnan (Tgk. Chik di pasi) dan tidak punya keturunan. Pada sesi penunjukan Object (makam) dia mengatakan menurut keterangan Tgk. Syahbuddin Peusseunu (salah satu keturunan beliau) kuburunannya di pasi ie leubue keumang tanjong, Bagaimana orang yang tidak ada keturunan jadi ada keturunan padahal kuburan yang ada di pasi ie leubue adalah kuburan Syekh Abdussalam bin Burhanuddin Ulakan atau Tgk. Chik di pasi yang meninggal di Waido. Dengan penetapan tempat kuburan yang unik, yaitu dengan pelemparan tongkat oleh beliau sendiri, dan melintas jauh ke posisi tempat kuburan yang ada sekarang. Tongkat tersebut adalah hadiah yang beliau minta dari gurunya (pimpinan khalwat tariqat) yaitu Tgk. chik di Bluek (Syekh Abdullah bin Syekh Burhan Gigieng).
Demikian kesimpulan kami dari hasil penelusuran yang memakan waktu lama. Kesimpulan ini sesuai dengan:
1. Ceramah Ustad Abdussamad (UAS), yang menyebutkan Syekh Burhanuddin Ulakan, Syekh Yusuf Makasar dan seorang lagi temannya menekuni Tariqat SyathariahSyekh Abdurruf As-singkili di Aceh.
2. Khutbah Jumat Tgk. Syekh Abdulmanan yang menyebutkan Syekh Yusuf Makasar yang menekuni Triqat Syatthariah pada Syekh Abdurrauf di Aceh bersama Syekh Burhanuddin Ulakan, Setelah kembali ke Makasar di ciduk Belanda dan di asingkan ke Afrika Selatan.
3. Seorang Minang Kabau yang pernah menuntut ilmu lama di Aceh di dayah yang di pimpin oleh alumni dayah tanoeh mirah, namanya Tgk. Doli yang biasa juga kami sebut dengan Tgk. Padang, ada mengisi pengajian rutin mingguan di mesjid kediaman kami (mesjid raya baiturrahim lhoksukon), tiga tahun yang lalu ada kembali ke Aceh mengunjungi gurunya dan ada singgah dan berjumpa dengan kami, kami ceritakan tentang Syekh Burhanuddin Ulakan dan kami adalah keturunan, beliau tidak membantah mengatakan Syekh Burhanuddin Ulakan adalah orang minang asli. Ketika kami tanyakan apakah beliau ada keturunan disana (kalau ada tentu kami ada saudara senasab di sana), beliau menjawab tidak ada. Ketika kami katakan mungkin kami akan berkunjung kesana, beliau mengatakan “kapan kesana beritahu saya” dan singgah ketempat saya.
Kami yakini kuburan Tgk. Chik pono atau Tgk. Chik Padang yang tidak bergelar Syekh ada ditempat lain walaupun di Ulakan juga ini menjadi PR saudara kami di minang kabau. Kami menelusuri (bukan meneliti seperti yang di lakukan ilmuan), dengan mengumpulkan informasi dari para pendahulu kami, baik tulisan atau pun catatan kecil, maupun secara lisan melalui senior kami. Penelusuran atas nama keluarga atau keturunan beliau.
 Sekian, Amiin.....!!!!
        Tgk. M. Nasir Hasan

You May Also Like

0 comments